2. banyak azas yang di pergunakan
dalam sistem pendidikan kita,diantaranya”pendidikan seumur hidup,pendidikan
untuk semua,kemandirian,ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun karso,dan tut
wuri handayani.coba jelaskan azas-azas
tersebut?
Jawab:
1. Asas
Belajar Sepanjang Hayat
Asas
belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education)
adalah makna yang seharusnya secara jelas serta komprehensif dan debuktikan
dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagai para
pendidik.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar:Dalam kegiatan belajar mengajar,
sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
3. aliran pokok pendidikan terdiri
atas nativisme,empirisme,negativism pedagogis,dan konvegergensi.coba jelaskan
keempat aliran tersebut dan mena yang paling tepat bagi dunia pendidikan kita?
a.
Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran
ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan
pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran
penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan
seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari
kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
b. Aliran
nativisme (aliran pesimistik)
Tokoh
aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat
yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini
merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik”
akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang
yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak
mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
c.
Aliran naturalisme
Aliran
ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua
anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau
tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki
kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan
sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang
anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak
dirusak oleh pendidik.
d.
Aliran konvergensi
Aliran
ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat, pembawaan
dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi
seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk
mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan
dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh
pakar pendidikan.
4. pendekatan dalam studi pendidikan terdiri dari pendekatan
ilmiah,filsafat,system dan pendekatan religi.coba jelaskan keempat pendekatan
tersebut ?
Metode ilmiah merupakan wujud dari pendekatan ilmiah.
Metode ilmiah adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penemuan-penemuan ilmiah. Hasil penemuan ilmiah dengan menggunakan metode
ilmiah disebut ilmu. Ada tiga karateristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
Reductionism, Repeatability, Refutation. Kerangka berfikir dalam metode ilmiah
pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut. Perumusan masalah,
Penyusunan kerangka berfikir dalam penyususnan hipotesis, Perumusan hipotesis,
Pengujian hipotesis, dan Penarikan kesimpulan. Keseluruhan langkah ini harus
ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Filsafat Pendidikan adalah suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya piker (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan
manusia biasa. Dari itu maka filsafat pendidikan dapat juga diartikan
sebagai teori umum pendidikan
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk
menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran
agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang
dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai
dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
5. sebuah pendidikan akan berjalan dengan benar bila hal
tersebut diiringi dengan sebuah pendidikan reigi dan pendidikan umum. Apabila
keduanya tidak saling dilengkapi, maka akan terjadi sebuah contoh kasus yang
seperti telah dibahas dari pernyataan yang tadi telah disebutkan, yaitu masalah
pokok sekulerisme, antara pendidikan agama dan pendidikan umum.
Solusinya, yaitu dengan cara melakukan penyelesaian masalah poko pendidikan atau sekulerisme antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Yaitu dengan melakukan sistem pendidikan yang benar antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga seseorang akan dapat menyeimbangi kedua sistem pendidikan tersebut.
Solusinya, yaitu dengan cara melakukan penyelesaian masalah poko pendidikan atau sekulerisme antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Yaitu dengan melakukan sistem pendidikan yang benar antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga seseorang akan dapat menyeimbangi kedua sistem pendidikan tersebut.